Kamis, 03 Juni 2010

SCHIZOPHRENIA

SCHIZOPHRENIA

A. DEFINISI

Schizophrenia termasuk dalam kelompok psikosis fungsional. Psikosis fungsional merupakan penyakit mental secara fungsional yang non organis sifatnya, hingga terjadi kepecahan kepribadian yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian dan maladjustment sosial yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan dunia luar, bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup; lalu menjadi ketidakmampuan secara sosial. Hilanglah rasa tanggungjawabnya dan terdapat gangguan pada fungsi intelektualnya. Jika perilakunya tersebut menjadi begitu abnormal dan irrasional, sehingga dianggap bisa membahayakan atau mengancam keselamatan orang lain dan dirinya sendiri, yang secara hukum disebut gila (Kartono,1989). Schizophrenia merupakan gangguan mental klasifikasi berat dan kronik (psikotik) yang menjadi beban utama pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda sampai sekarang. Karena ciri pokok keruntuhan fungsi peran dan pekerjaan, sehingga penderita menjadi tidak produktif dan harus ditanggung hidupnya selamanya oleh sanak keluarga, masyarakat, atau pemerintah (Wicaksana,2000).

B. ETIOLOGI

Penyebab gangguan jiwa skizofrenia belum diketahui secara pasti. Model yang diajukan para peneliti adalah “stress-diathesis”. Pada model tersebut dikemukakan bahwa seseorang sebelumnya mempunyai diathesis lebih dahulu yang apabila mendapatkan pengaruh lingkungan yang sangat menekan akan munculnya tanda-tanda dan gejala skizofrenia (Kaplan dan Sadock, 1997). Para peneliti menyatakan etiologi gangguan skizofrenia adalah sebagai berikut :

  1. Genetik yang mendasarkan tingginya insiden skizofrenia pada keluarga dekat pasien.
  2. Pengaruh keluarga, teori psikodinamika yang melibatkan pengaruh keluarga pengaruh ini berujud komunikasi antar keluarga yang tidak sempurna atau kadang-kadang kontradiktif.

  1. Pengaruh-pengaruh masyarakat seperti :

a) Kepadatan penduduk

b) Tingkat sosio ekonomi

c) Industrialisasi

C. MANIFESTASI KLINIK

Halusinasi adalah pengalaman indera dimana tidak terdapat stimulasi terhadap reseptor-reseptor. Delusi adalah keyakinan yang tidak mempunyai bukti-bukti kebenaran atau bukti-bukti yang dapat diperlihatkan. Dibandingkan dengan gangguan abnormalitas psikis lainnya, penderita schizophrenia relatif paling sedikit yang sembuh maupun yang meninggal.

  1. Emotional disorders.

Hilangnya aktivitas afek yang normal, dimana kehidupan afeknya sangat terganggu. Ciri utama patologi emosinya adalah apatis, dimana reaksi emosinya datar, tidak wajar, menyulitkan orang normal untuk melakukan kontak dengan pasien (seolah-olah diselubungi tembok) sehingga reaksi emosinya tidak adekuat. Social feeling-nya menghilang, misalnya: bertahun-tahun di bangsal yang sama, bisa tidak saling berbicara. Reaksi emosinya sukar diprediksi, inkongruen, ambigous, tanpa sebab bisa menangis, berteriak-teriak, terkekeh-kekeh, tertawa dibuat-buat, ambivalen (misalnya membunuh sambil tertawa terbahak-bahak).

  1. Delusions

Di sini subyek memiliki keyakinan yang tidak mempunyai bukti-bukti yang benar atau bukti-bukti yang dapat diperlihatkan. Hal ini lebih dari seperti bentuk mimpi pada orang normal, lebih fantastis, sukar dibayangkan anehnya. Semua ide dan rasa yakin yang dimiliki subyek menyalahi logika dan bersifat fantastis, tetapi pada subyek tidak terdapat keinginan untuk menentangnya. Segala sesuatu bagaikan dalam dunia mimpi, penuh khayal tetapi sangat diyakini subyek sebagai hal yang dialami dan merupakan bagian dari diri subyek.

Beberapa bentuk delusi, antara lain :

a. Delusions of Reference, yaitu keyakinan subyek bahwa orang-orang membicarakannya, menuding, memuat gambarnya dikoran, dan sebagainya.

b. Delusions of Influence, yaitu keyakinan subyek bahwa "musuh"-nya dengan segala cara berusaha mempengaruhinya, dengan teknik elektro yang kompleks, memasang elektroda dikepalanya, dan sebagainya.

c. Delusions of Persecutions, yaitu keyakinan subyek bahwa ia dimusuhi, diancam komplotan, diburu, ditekan, dan sebagainya.

d. Delusions of Sins and Guilt, yaitu keyakinan subyek akan dosa-dosanya yang tak terampuni, rasabersalahnya karena ia mencelakakan orang lain karena ia jahat, dan sebagainya.

e. Delusions of Grandeur, yaitu keyakinan subyek bahwa dirinya adalah orang yang serba hebat, serba luar biasa, mahasuci, dan sebagainya.

f. Hyphocondriacal Delusions, yaitu keyakinan subyek bahwa dirinya mengalami penyakit yang aneh, mengerikan, mematikan, dan sebagainya.

Nihilistic Delusions, yaitu keyakinan subyek bahwa dirinya merasa dihukum paksa, dimana subyek merasa dirinya sudah mati beberapa tahun yang lalu dan jiwanya sudah menguap tetapi badanya masih tersisa di dunia karena dihukum paksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah yang santun, terimakasih