Kamis, 01 Juli 2010

LP kehamilan Ektropik

LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan reproduksi yang berkaitan dengan kegagalan dalam proses nidasi yang benar, terus meningkat dalam 15 tahun belakangan ini. Bukan saja di Amerika Serikat tapi juga di seluruh dunia. Saat ini lebih dari 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika Serikat merupakan kehamilan ektopik. Resiko kematian akibat kehamilan di luar rahim 10 kali lebih besar daripada persalinan pervaginam dan 50 kali lebih besar daripada abortus induksi. (Donmanf, 1983)


Kehamialn ektopik ialah kehamilan, dimana ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri, melainkan pada tempat seperti tuba fallopi (paling sering), ovarium,omentum dan serviks. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat dari istilah ekstra uterin (kehamilan yang berlokasi di luar uterus) ,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamialn ektopik. Misalnya pada kehamilan Pars Interstisialis Tubae dan kehamilan pada serviks uteri.

B. Tujuan

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada Ny. L dengan kehamilan ektropik

b. Tujuan khusus

a) Mengetahui tinjauan teoritis tentang kehamilan ektropik

b) Melaksanakan pengkajian pada Ny. L dengan masalah kesehatan kehamilan ektropik

c) Untuk menentukan diagnosa keperawatan pada Ny. L dengan masalah kesehatan kehamilan ektropik

d) Untuk menentukan rencana tindakan keperawatan pada Ny. L dengan masalah kesehatan kehamilan ektropik

e) Untuk menentukan implementasi keperawatan pada Ny. L dengan masalah kesehatan kehamilan ektropik.

f) Untuk menentukan evaluasi keperawatan pada Ny. L dengan masalah kesehatan kehamilan ektropik.

BAB II

TINJAUAN TEORI

Kehamilan Ektopik

A. Definisi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)


Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001). Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.

  1. Klasifikasi

Menurut Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
1. Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum.
(sinonim : kehamilan intraperitoneal)
2. Kehamilan Ampula
Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
3. Kehamilan Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri.
4. Kehamilan Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
5. Kehamilan Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
6. Kehamilan Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
7. Kehmailan Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
8. Kehamilan Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
9. Kehamilan Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan ovarium.
10. Kehamilan Tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.

C. Etiologi

Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kehamilan ektopik diantaranya:


1. Faktor dalam lumen tuba:

a. Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba
b. Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-kelok
c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dan menyebabkan lumen tuba menyempit

2. Faktor pada dinding tuba:

a.Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di tuba
b. Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi telur di tempat tersebut


3. Faktor di luar dinding tuba:

a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, mengakibatkan terjadinya hambatan perjalanan telur

b. Tumor yang menekan dinding tuba, menyebabkan penyempitan lumen tuba
c. Pelvic Inflammatory Disease (PID)


4. Faktor lain:

a. Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun

b. Migrasi luar ovum, sehingga memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai ke uterus
c. Fertilisasi in vitro
d. Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
f. Merokok
g. Penggunaan dietilstilbestrol (DES)
h. Uterus berbentuk huruf T
i. Riwayat operasi abdomen
j. Kegagalan penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin saja
k. Ruptur appendix
l. Mioma uteri
m. Hidrosalping


D. Patologi

Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).

  1. Pathway

Dinding tuba, lumen tuba


Kehamilan ektopik


Tuba falopi kanalis servikalis ovarium


Tanda /gejala


Perdarahan Massa Suhu tubuh Informasi Tindakan operasi

pervaginam mengenai penyakit

Resiko infeksi

Gangguan Hb cemas Nyeri Hb

keseimbangan

cairan

Anemia Kurang Anemia

pengetahuan

Syok Hipovolemik

  1. Manifestasi klinik

Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.

Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.

Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.

Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

  1. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat, Eritrosit : turun

2. USG : terlihat massa pada daerah uterus

3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya

4. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi

5. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.

  1. Komplikasi

Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.

Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

H. Diagnosis Bandung


Kehamilan tuba memiliki gejala-gejala yang mirip dengan penyakit lain, terutama dengan infeksi daerah pelvis. Beberapa kelainan yang memiliki gejala mirip dengan kehamilan tuba antara lain adalah:

1.Salpingitis
Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan tes kehamilan negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang purulen.

2.Abortus (imminens atau inkomplitus)

Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi sebelum ada nyeri perut. Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada kehamilan ektopik. Nyeri perut umumnya bersifat kolik dan kejang (kram). Uterus membesar dan lembek, terdapat dilatasi serviks. Hasil konsepsi dapat dikenali dari pemeriksaan vagina.
3. Appendisitis

Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka kanan. Bisa ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun tidak terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba. Demam lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan menunjukkan hasil negatif.

4. Torsio kista ovarium

Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba umumnya terasa menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat demam akibat perdarahan intraperitoneal. Tanda dan gejala kehamilan mungkin tidak ditemukan namun ada riwayat serangan nyeri berulang yang menghilang dengan sendirinya.


5. Ruptur korpus luteum

Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun ruptur korpus luteum sangat jarang

  1. Penata laksanaan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.

Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.

J. Diagnosa dan intervensi keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi Intervensi :

Intervensi:

a. Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.

b. Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.

c. Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.

d. Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal. Kurang

2. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap operasi

Intervensi :

a. Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.

b. Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.

c. Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.

d. Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.

e. Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.

3. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.

Intervensi :

a. Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.

b. Observasi insisi terhadap infeksi.

c. Penggantian pembalut atau sesuai pesanan

d. Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.

e. Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap keras

4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan operasi

Intervensi:

a. Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.

b. Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.

c. Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.

d. Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.

e. Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah yang santun, terimakasih