Minggu, 21 Maret 2010

FRAKTUR

FRAKTUR

A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Fraktur dapat dibagi :
1. fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara ffragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajad, yaitu :
a. Derajad I
- luka <> 1 cm
- kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
- fraktur komunitif sedang
- kontaminasi sedang
c. Derajad III
- Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajad tinggi.
Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal-hal yang perlu dideskripsikan adalah :
1. Komplit/tidak komplit
a. Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.
b. Fraktur tidak komplit, bila garis patah tidak melui seluruh penampang tulang.
2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
a. Garis patah melintang; trauma angulasi atau langsung
b. Garis patah oblik; trauma angulasi
c. Garis patah spiral; trauma rotasi
d. Fraktur kompresi; trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa
e. Fraktur avulse; trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya di tulang, misalnya fraktur patela
3. Jumlah garis patah
4. Bergeser/tidak bergeser
5. Terbuka/tertutup
6. Komplikasi/tanpa komplikasi

B. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai frakturmerupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas ( terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm ( 1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. ( Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x pasien.

E. Komplikasi
1. Syok yang dapat berakibat fatal pada beberapa jam pertama setelah cedera.
2. Emboli lemak yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih
3. Sindrom kompartemen.
4. Komplikasi awal lainnya adalah infeksi, trmboemboli dan emboli paru yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera.
5. Koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
6. Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan luka tidak terjadi dengan kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Kemungkinan berhubungan dengan infeksi sistemik dan distraksi fragmen tulang.
7. Tidak ada penyatuan terjadi karena kegagalan penyatuan ujung-ujung patahan tulang. Factor yang berpengaruh adalah infeksi pada fraktur, interposisi jaringan diantara ujung-ujung tulang, imobilisasi dan manipulasi yang tidak memadai yang menghentikan pembentukan kalus, jarak yang terlalu jauh antara fragmen tulang, kontak ulang yang terbatas dan gangguan asupan darah yang mengakibatkan nekrosis avaskuler.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah yang santun, terimakasih