Minggu, 21 Maret 2010

HEMODIALISA


I. DEFINISI

Hemodialisis adalah dialysis yang dilakukan diluar tubuh. Pada hemodialisis darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter, masuk ke dalam alat besar. Di dalam mesin tersebut terdapat ruang yang dipisahkan oleh membran semipermeabel. Darah dimasukkan ke dalam salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan dialysis dan diantaranya akan terjadi difusi.

II. TUJUAN

Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis aliran darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari dalam tubuh ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh.

III. INDIKASI

A. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara sampai fungsi ginjal kembali pulih.

B. Pasien dengan LFG <>

C. LFG <>

D. LFG <>

E. Indikasi Biokimia

· BUN > 100 mg/dl

· Kreatinin > 10 mg/dl

· Hiperkalemia

· Asidosis metabolic tak dapat diatasi

F. Indikasi Klinis

· Anoreksia, nausea, muntah

· Ensepalopati uremikum

· Edema paru, refraktur diuresis

· Perikarditis uremikum

· Perdarahan uremik

IV. KONTA INDIKASI

A. Hipotensi yang tak berespon terhadap pressor

B. Penyakit stadium terminal

C. Sindrom otak

V. PRINSIP KERJA HEMODIALISA

Ada tiga prinsip yang mendasari cara kerja hemodialisis, yaitu

a) Difusi

Toksik dan limbah di dalam darah dialihkan melalui proses difusi. Melalui cara bergeraknya darah yang berkosentrasi tinggi ke cairan dialisat yang berkonsentrasi lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat.

b) Osmosis

Air yang berlebih dikeluarkan melalui proses osmosis. Keluarnya air dapat diatur dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari tekanan yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat).

c) Ultrafiltrasi

Peningkatan gradien tekanan dengan penambahan tekanan negatif yang biasa disebut ultrafiltrasi pada mesin dialysis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini. Untuk meningkatkan kekuatan penghisap pada membrane dan memfasilitasi pengeluaran air. Kekuatan ini diperlukan hingga mencapai isovolemia (keseimbangan cairan).

VI. AKSES KERJA PADA SIRKULASI DARAH

a. Kateter subklavikula dan femoralis

Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis dapat melalui kateterisasi subklavikula untuk sementara. Kateter dwi-lumen atau multi-lumaen dimasukkan ke dalam vena subklavikula. Kateter femoralis dapat dilasukkan ke dalam pembuluh darah femoralis untuk pemakaian segera dan sementara.

b. Fistula

Lebih permanen dengan metode pembedahan (biasanya lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau menyambung pembuluh darah arteri dengan vena secara dihubungkan antar sisi atau dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah. Fistula membutuhkan waktu 4 – 6 minggu untuk dapat digunakan.

c. Tandur

Dalam menyediakan lumen tempat penusukan jarum dialysis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri dan vena dari sapi. Biasanya tandur dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula.

VII. PERALATAN HEMODALISA

A. Dialiser atau ginjal buatan

Komponen ini terdiri dari membran dialiser memisahkan kompartemen darah dan dialisat. Dialiser bervariasi dalam setiap ukuran, struktur fisik, dan tipe membran yang digunakan untuk membentuk kompartemen darah. Semua faktor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang mengcu pada kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan produk-produk sisa (klirens).

B. Dialisat atau cairan dialysis

Dialisat adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air keran dan bahan kimia saring. Bukan merupakan sistem yang steril, karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial terjadi infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya membran permeabel besar, namun air untuk dialisat harus secara bakteriologis.

C. Blood line (AV-BL)

Akses ke sistem sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan : fistula atau tandur arteriovenosa atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum lubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau tandur. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena subklavikula, jugularis interna, atau femoralis.

D. Water treatment

Air dalam tindakan hemodialisa dipakai sebagai pencampur dialisat pekat (diasol). Air dapat diperoleh dari mana saja seperti air sumur. Air ini dimurnikan dulu dengan cara water treatment. Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodialisa untuk seorang pasien 120 liter.

E. Obat-obatan

NaCl 0,9 % digunakan diakhir hemodialisa untuk mendorong darah yang masih ada dislang kateter dan heparin yang berfungsi untuk mencegah panjendalan darah.

F. Mesin hemodialisis dan asesori

Piranti keras yang biasa digunakan pada kebanyakan sistem dialysis meliputi pompa darah, pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk pendeteksi bila terjadi ketidakamanan, konsentrasi dialisat, perubahan tekanan, udara dan kebocoran darah.

VIII. PELAKSANAAN HEMODIALISA

1. Persiapan Alat Hemodialisa

a. Sambungkan selang air dengan mesin hemodialida lalu kran dibuka

b. Pastikan selang pembuang air dan mesin hemodialisis sudah masuk ke lubang atau saluran pembuangan

c. Hidupkan mesin

d. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit

e. Matikan mesin hemodialisis

f. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat

g. Sambungkan selang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis

h. Hidupkan mesin pada posisi normal

2. Persiapan Sirkulasi Darah

a. Tempatkan pada posisi “inset” (merah) diatas dan posisi “outset” (biru) di bawah

b. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung “inset” dari dialiser

c. Hubungkan ujung biru dari UBL denagn ujung “outset” dari dialiser dan tempat buble tap di bolder dengan posisi tengah

d. Sipkan infuse NaCl 0,9 % hubungkan dengan selang arteri buka klem isi selang arteri sampai ke ujung selang lalu klem.

e. Memutarkan letak dialiser dengan posisi “inset” di bawah dan “outset” diatas, tujuannya agar dialiser bebas dari udara.

f. Tutup klem untuk tekanan arteri, vena, heparin

g. Buka klem dari infuse set ABL,VBL

h. Jalankan pompa darah dengan mula-mula 100 ml/menit kemudian naikkan secara bertahap sesuai indikasi

i. Isi buble-trap dengan NaCl sampai ¾ bagian.

j. Berikan tekanan intermitten pada VBL untuk mengalirkan udara dari dalam dialiser bebas udara

k. Lakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat pada botol (kalf) sisanya ditampung padagelas ukur.

l. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.

m. Sambungkan ujung biru VBL dengan ujujng merah ABL dengan menggunakan konektor.

n. Hidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialezer baru 15-20 menit untuk dialezer reuse dengan aliran 200-250 ml/menit.

o. Kembalikan posisi dialezer ke posisi semula dimana “inlet” diatas dan ‘outlet” di bawah.

p. Hubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit siap untuk dihubungkan dengan pasien.

3. Persiapan Pasien

a. Menimbang berat badan

b. Mengatur posisi pasien

c. Observasi keadaan umum

d. Observasi tanda-tanda vital

IX. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

a. Na, K, Ca, P, Ureum

b. Feritin, hemoglobin

c. HBsAg, anti HCV

d. EKG

X. INTERPRETASI HASIL

Hasil dari tindakan dialysis harus diinterpretasikan dengan mengkaji jumlah cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa. Darah yang diambil segera setelah dialysis dapat menunjukkan kadar elektrolit, nitrogen urea, dan kreatinin rendah palsu. Roses penyeimbangan berlangsung terus menerus setelah dialysis, sejalan perpindahan zat dari dalam sel ke plasma.

XI. KOMPLIKASI

a. Hipotensi

b. Kram otot

c. Disfungsi platelet

d. Nyeri dada

e. Kejang

f. Hemolisis

g. Demam endotoksemia

h. Mual dan muntah

i. Gatal uremic

j. Perikarditis

k. Aritmia

l. Perdarahan

m. Emboli

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan tidak baik, pemasukan cairan lebih, pemasukan garam berlebih

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan membrane mukosa oral, pembatasan diit.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan regimen pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai oksigen

5. Risiko perubahan curah jantung

6. perubahan proses fakir berhubungan dengan perubahan fisiologis, akumulasi toksin (uremia, amonia), kalsifikasi metastatik pada otak.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Corwin, J. 2000. Buku Saku Pathofisiologi. EGC. Jakarta
  2. Burrnert and Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. EGC. Jakarta
  3. NANDA, Nursing Diagnosis: Definition and classification 2005-2006. NANDA International Philadelphia
  4. Jhonshon Marion, dkk. Nursing Outcomes Classification (NOC) second edition, by mosby Year Book Inc. New York
  5. Closkey and buckhek, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC) second edotion by Mosby Year Book, Inc. New York
  6. Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aeusculapius. Jakarta
  7. Mirzanie, H. Dkk. 2005. Internoid. Tosca Enterprise. Yogyakarta

1 komentar:

  1. Mungkin yang dimaksud dalam persiapan sirkulasi darah a - c adalan inlet dan outlet, bukan inset dan outset

    BalasHapus

Komentarlah yang santun, terimakasih